Senin, 29 Juni 2009

Akhirnya....

Hidup ini kadang-kadang nyenengin, tapi kadnag juga nge-bosenin ya?

emang bener dech kayaknya kata nicke ardila (alm), dunia ini emang panggung sandiwara. setiap dari kita emang dapat satu peranan. Ada peran wajar, dan ada peran yang berpura-pura. peran yang kocak emang selalu bikin kita terbahak-bahak, dan peran bercinta bikin kita mabuk kepayang...

Aku mo bilang apalagi ya?

uups...........
mau tak gak ada apa selama beberapa hari ini? ada kejutan seru lh!

Duch..
deg-deg'an juga ya nunggu hasil ujian semester ini? dapet IP berapa ya? hehe..
do'a in donk frenz.... moga-moga ujian kali ini memuaskan. amin!.


eh, tau gak...
akhirnya aku seneng............. banget hari ini! yes!!

Kamis, 25 Juni 2009

Padukan Hati, Jiwa & Perasaan, agar cinta itu Indah

Ketika memutuskan untuk memilih seseorang menjadi pacar anda, ketika anda yakin akan menitipkan cinta padanya, yakinkanlah lebih dulu hati dan perasaan anda!

Jangan Buat cinta menangis. Cinta kadangkala sering berbeda pendapat, itu wajar. karena sebenarnya perbedaan itu indah kok. kamu dan doi salah paham karena hal spele itu biasa, tapi jika rasa itu masih ada, dan kamu gak 'siap' untuk kehilangan dia, perbaiki donk semnuanya. toh, masalah tercipta juga untuk diselaikan kan? jangan jadi pecundang!

Raih cinta yang kau mau, ambil dan genggamlah! eratkan perasaan, pahami perbedaan. coba renungkan saat-saat waktu kamu lagi pas jalan sama doi, indah kan? saat doi memelukmu erat, melepaskan penat dan dahaga yang menyita pikiranmu.

Percayalah! cinta punya jalannya sendiri. dan kamu yang harus mencari jalannya! let's go!!
kejar cintamu!
telat semenit saja dia akan lari darimu!

Kamis, 18 Juni 2009

Akh.......................!!!

Tips Melupakan Mantan Pacar

waktu pas lagi jalan bareng, pas masih pacaran, rasanya dunia milik berdua dech..
seneng banget selalu ada didekat doi, apalagi pas doi gandeng tangan kita waktu mo nyebrang jalan. wadoh... dalam hati seakan berkata "you are my love forever". eh, gak tau nya, sejurus beberapa waktu kemudian, kamu terlibat pertengkaran dengan doi dan akhirnya harus terpaksa milih jalan bubaran.

ah, patah hati dech!
siapa bilang patah hati gak sakit? sakit banget kok malahan. apalagi waktu kita sendiri trus ke-inget sama moment-moment yang pernah kita jalanin bareng doi, akh.. rasa kangen dech yang akhirnya muncul. terkadang, meski udah nge-dapetin pengganti doi pun, kita masih sering ngerasa kangen dengan doi. ada banyak faktor sich sebenarnya..
bisa saja pacar kamu yang sekarang gak se-care dan seperhatian doi ke kamu. atau bisa jadi kamu dan pacar kamu yang sekarang tidak sering menghabiskan waktu bareng-bareng seperti kamu dan mantan kamu sebelumnya.

it's wajar sich..
kalau kamu ke-inget doi. tapi kan masalahnya kamu udah punya yang lain, so, belajar untuk ngelupain doi. mau tau tips nya? Ini ne gue share ke elu semua tentang gimana sich caranya buat ngelupa'in mantan.

Tips melupakan mantan Pacar

1. Cari pengganti

2. Cari pengganti

3. Cari pengganti

Intinya. hanya satu cara untuk melupakan mantan pacar. "cari pengganti" ,setelah mendapatkan pengganti, maka sayangi dan setialah kepada pasangan baru anda, tapi perlu di ingat juga, jangan sekedar cari pengganti , liat juga bagaimana bebet dan bobotnya, irit BBM atau tarikannya kurang spontan, harus di pikirin juga. ntar salah pilih sakit hati lagi dong …. jangan lupa juga yakinkan hati mu kalo mantan pacarmu orang yang tak pantas jadi pacar apalagi pendamping hidupmu.

Selamat mencoba Tips Melupakan mantan pacar

Tunggu tips selanjutnya, Tips mendapatkan pasangan dengan mudah tanpa anggunan

Berikut lirik lagu buat anda yang patah hati, sakit hati karena di tinggal pacar dengan tragis… lagu dari afgan yang judulnya sadis, cukup mewakili perasaan seseorang yang terpuruk akibat di khianati. nyanyikan keras-keras di kamar mandi ya, sambil gosok-gosok, tapi jangan gosok-gosok yang berlebihan. bahaya!!

AFGAN - SADIS

Terlalu sadis caramu
Menjadikan diriku
Pelampiasan cintamu
Agar dia kembali padamu
Tanpa peduli sakitnya aku

Tega niannya caramu
Menyingkirkan diriku
Dari percintaan ini
Agar dia kembali padamu
Tanpa peduli sakitnya aku

Reff:
Semoga Tuhan membalas semua
Yang terjadi kepadaku suatu saat nanti
Hingga kau sadari sesungguhnya
Yang kau genggam
hanya aku tempatmu kembali
Sebagai cintamu

Hanya aku tempatmu kembali

Kembali Ke Reff.

Sedikit ulasan tentang lagu "Sadis" dari afgan. Lagunya melow, tapi tetap menjaga kualitas musiknya, sehingga tidak terkesan lagu yang mudah di terima saja seperti lagu gaby . musikalitasnya tetap di perhatikan dengan nada dan suara khas Afgan Syah reza yang rada nge jazz. benar-benar musik yang cukup menghibur dan berkualitas.


Tugas Scele Nech Woi..

Ini adalah Tugas yang diberikan Bu' Syanti dari Scele.

sebagai latihan, saya sengaja share tugas ini. semoga bermanfaat ya teman-teman...

No.1
Mencari Keliling dan luas lingkaran.


#include #include #include void garis(char a,int b); float lLingkaran(float r); float kKeliling_lingkaran(float r); void main() { int pilih; float jari; clrscr(); gotoxy(32,1);cout<<"MENU UTAMA"; gotoxy(30,2);garis('-',14); gotoxy(15,3);garis('=',40); gotoxy(15,4);cout<<"1.Luas Lingkaran"< gotoxy(15,5);cout<<"2.Kelililing Lingkaran"< gotoxy(15,8);garis('-',40); gotoxy(15,9);cout<<"Masukan Pilihan [1 - 2] atau [6] untuk keluar : ";cin>>pilih; gotoxy(15,10);garis('=',40); switch (pilih) { case 1: gotoxy(15,12);cout<<"Masukkan jari-jari : "; cin>>jari; gotoxy(15,13);cout<<"Luas lingkaran : "<< break; case 2: gotoxy(15,12);cout<<"Masukkan Jari-jari : "; cin>>jari; gotoxy(15,13);cout<<"Keliling lingkaran: " << break; } } void garis(char a,int b) { int i; for(i=0;i cout< } float lLingkaran(float r) { const float phi=3.14; float L; L=phi*r*r; return L; } float kKeliling_lingkaran(float r) { const float phi=3.14; float K; K=2*phi*r*r; return K; getch (); }


No.2
Program Fibonanci Untuk menampilkan deret angka.

#include #include void main() { int a,b,c,i,n; clrscr(); printf("Input Angka : "); scanf("%d", &n); a=1; b=1; printf("\nDeret Fibonacci:\n"); printf(" %d %d ",a,b); for(i=3;i<=n;i++) { c=a+b; printf(" %d ",c); a=b; b=c; } getch(); }

tak ada sukses yang tak dimulai dengan pembelajaran!
untuk itu, teruslah berlatih dan melakukan pembelajaran secara rutin.

Sukses bukan milik orang-orang kaya!
tapi sukses milik semua orang yang mau melakukan perubahan!

Go To Succsess Friend!




Contoh Program C++

ini adalah contoh program Fibonanci.
Silahkan Mencoba untuk mempelajarinya lebih lanjut.


#include

using namespace std;
long fib_num ( long );



int main()
{

long num = 0;
long sequence = 0;

cout << " Enter a positive number and
I will compute the Fibonacci sequence for that number: ";
cin >> num;
if ( num < 0)
{ cout << " Number must be greater than zero " << endl;
return 1; }
cout << endl << endl;
sequence = fib_num(num);
cout << " The " << num << "th number of the Fibonacci sequence is " << sequence << endl;
return 0; }
long fib_num ( long n) { if ( n == 0) { return 0; }
else if ( n == 1 ) { return 1; }
else return fib_num( n -1) + fib_num(n-2);

}

Sedih

(18 Juni 2009 / Kamis)

Sedih rasanya disaat aku sakit, orang yang kusayangi tidak mengerti keadaanku. padahal disaat seperti inilah aku membutuhkan dia, membutuhkan perhatian dan kasih sayangnya. disaat seperti inilah aku membutuhkan teman share rasa sakit ini. aku tidak minta apapun darinya, aku hanya ingin meminjam bahunya untuk bersandar dan meneteskan airmataku disana.


aku tak tau kepada siapa kutuangkan perasaanku ini. ingin kubagi dan ku share pada dia tapi rasanya tak mungkin. aku tak menemukan jiwa seperti seseorang yang telah hilang dalam hidupku padanya.

kenapa?

disaat aku mencoba menahan rasa sakit ini, bukan dia yang menenangkan jiwaku dan memberiku motivasi? kenapa harus dia yang telah berlalu, yang kini menjadi penyejuk kembali? padahal cinta itu telah lama mati! tapi kenapa saat aku sakit, justru dia yang kini hadir mengingatkanku tentang ini-itu yang sebenarnya spele.


aku tak ingin berlarut dalam perasaan ini, perasaan yang penuh pengharapan, atas kehampaan yang tak terdefenisi. cinta, asal kau tau, aku bisa merasakan setiap keganjilan yang kau sembunyikan. berikan aku kesempatan untuk tersenyum malam ini, agar nanti jika aku harus pergi tak ada sesal dihatimu.

Minggu, 14 Juni 2009

Pesan dari Alam Lain (Cerpen)

Suara petir di luar sana masih bersahut – sahutan. Dingin semakin mencekam, menusuk sum – sum tulangku. Sesekali ku teguk segelas teh hangat sambil terus menyaksikan tayangan televisi. Jarum jam menunjukkan pukul setengah satu malam, rasa kantuk mulai merajaiku. Ku matikan tv ku, dan aku pun masuk ke kamar, ku tarik selimut panjang ku, dan aku pun mulai menikmati fatamorgana ku.

Aku biasa di panggil Laras, aku tak punya siapa – siapa di dunia ini. Sejak kecil aku hidup di panti asuhan. Dan aku pun tak pernah tau siapa ayah dan ibuku. Sosok yang melahirkanku pun tak pernah ku tau siapa beliau.

Hidup di panti bersama anak – anak malang lainnya, bersama anak – anak yang senasib dengan ku, rasanya tidak asing lagi. Yach, walaupun kadangkala rasanya ingin berontak dan lari kenyataan ini, tapi itu mustahil.

***

Suatu pagi, aku dan kak Anggi, kakak sepanti, duduk di beranda belakang. Kami ngobrol – ngobrol. Obrolan tentang kerinduan pada sosok yang telah menjadi bagian dari nyawa kami sebenarnya.

“….kakak nggak pernah berniat menemui orang tua kakak?” tanyaku

“aku capek Laras, capek untuk berharap.”

“maksud kakak?”

“setiap malam.., di malam – malam yang sunyi kakak selalu menengis menahan kerinduan ini. Ribuan bait puisi rasanya kini telah sumbang dek, jika hanya kakak saja yang terus – terusan merindukan mereka, ini tidak adil.” Ucap kak angggi, seolah memberontak pada kenyataan yang ada.

Aku dan kak anggi, adalah bagian kecil dari ribuan anak yang lainnya, yang tinggal disini. Yach, setiap malam, di malam – malam yang kelabu, kami hanya bisa menunggu sang waktu untuk memberikan sedikit saja kesempatan dari harapan – harapan sederhana lain.

Kenyataan memang tak seindah mimpi – mimpi yang berganyut di fatamorgana. Kenyataan selalu mengiris luka, menyayat hati dan memupuk kerinduan.

Time will be the wittness…

Aku hanya bisa menunggu sampai waktu menjadi saksi akan kenyataan di hari esok.

***

“hai.., boleh numpang tanya?” tanya seorang pemuda yang melintas di depanku, ketika aku sedang menyapu halaman depan. Ku hentikan kerjaanku, dan aku pun menoleh ke arah nya.

“ya?” jawabku akhirnya.

“em.., apa bener ini panti asuhan yang di asuh oleh Ibu Karlina?” tanya nya,

“iya. Ada apa ya?”

“nggak.. gue Cuma pengen ketemu beliau.”

“oh.., ya sudah, masuk saja. Mari saya antar.” Ucapku menawarkan. Dia tersenyum manis.

“nggak usah terima kasih. Biar saya sendiri.”

“oh, ya sudah…”

Entah siapa pemuda itu sebenarnya, yang jelas, aku sering berpapasan dengan nya saat pulang kerja. Bahkan.., disaat kami bersimpang jalan, dia menegurku dengan ramah. Seolah kami udah kenal lama.

“hai…!” sapanya saat aku duduk sendiri di sebuah restoran sederhana, di dekat lokasi kerjaku.

“hai…” jawabku sambil meraba – raba siapa dia.

“sendiri?”

“iya.” Jawabku.

“oy, gue Chandra, lu?” ucapnya seraya menyodorkan tangannya. Aku membalasnya.

“Laras.” Jawabku singkat. Dan sesaat kemudian suasana hening.

Aku bekerja sebagai sekretaris di salah satu perusahaan swasta, di kotaku. Aktifitasku yang itu – itu saja membuatku merasa sedikit jenuh. Yach, itulah sebabnya setiapkali akhir pekan aku dan teman – teman ku pergi bareng. Walaupun hanya sekedar jalan – jalan atau makan bakso kesukaan ku. Tapi kali ini, aku tidak gabung dengan mereka. Aku lebih memilih untuk sendirian.

“em………” ucap kami bebarengan. Kami tertunduk malu. Bersimpuh pandang dengan wajah yang tak karuan, dengan hati yang berdetak jauh lebih kencang dari biasanya.

“btw, ngapain disini?” tanya chandra.

“gue lagi boring aja, makannya gue kemari.”

“oh..”

“lu sendiri.?” Balasku bertanya.

“gue jalan – jalan aja.”

“oh…”

Meski baru mengenal chandra, tapi aku merasa telah lama mengenal nya. Dia sosok yang asyik di ajak bicara.

“oy, lu pernah main ke danau harapan?” tanya nya.

“hah? Danau harapan?”

“iya. Di danau itu banyak orang – orang berdatangan menuangkan keluh – kesah dan menyampaikan jutaan harapan di unek – unek nya.” Jelasnya singkat.

“gue gak belum pernah kesana..”

“kalau gitu lu mau nggak kalau gue ajak kesana?” tawarnya. Aku berpikir sejenak. Lalu tersenyum dan menganggukkan kepalaku, sebagai tanda setuju.

Aku dan chandra pun melaju bersama sepeda motornya menuju danau harapan yang katanya begitu indah. Ah, aku jadi tak sabar ingin cepat – cepat melihat keindahan nya. Di atas kendaraan, kami ngobrol – ngobrol tentang banyak hal.

“nah, kita udah sampai Ras,” ucap chandra sambil menunjuk ke arah danau yang dimaksudnya.

“waw….? Keren banget…!!” seruku takjub.

Danau yang indah, seindah harapan orang – orang yang bermimpi menggapainya. Hamparan pasir putih dan gelombang arus ombak tampak begitu indah. Disisi bibir danau masih terlihat pohon kelapa yang nyiur melambai membiaskan angin – angin ramah pada para pengunjung.

Ku tarik nafas panjang, merasakan asri oktigen di daerah ini. Aku tak bisa menahan diri untuk segera menjeburkan badanku menikmati danau itu. Ku lepas sendalku, dan tanpa sepatah kata, aku langsung saja menjeburkan badanku. Chandra hanya tersenyum melihat ku. Ku biarkan pita – pita suara ku menjerit sekuat – kuatnya melepaskan keluh dan kesal.

Setelah merasa sedikit lega, aku pun beranjak dari dinginnya air danau harapan ini. Ku hampiri chandra yang duduk di atas hamparan pasir putih yang indah, sambil melemparkan pandangan jauh ke depan. Menikmati pemandangan indah, dengan nada – nada sumbang dari bias riakkan air danau.

“ini benar – benar indah..” komentarku.

“ya..”

“gue seneng banget. Thank’s ya?” ucapku lagi.

“Laras, memangnya kalau bpleh tau apa yang jadi harapan lu, sampai lu nekad banget menjatuhkan diri di danau ini?” tanya chandra.

“yang jadi harapan awal gue sebenarnya adalah ibu.” Jawabku.

“ibu…??”

“ya, semenjak gue kecil,gue nggak pernah tau siapa sosok yang telah mengandung dan melahirkan gue. Yang gue tau, hanya buk Karina lah yang merawat gue sejak kecil sampai sebesar ini.” Jawabku.

“harapan lain?” tanya nya lagi. Aku tertunduk. Dan rasanya tak bisa ku bendung lagi air mata yang mengetuk – ngetuk pelupuk mataku, dan ingin meneteskan luluh hangat itu.

“awalnya gue penegn banget berharap untuk bisa kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasih gue. Tapi setelah ketemu lu, harapan itu kabur.” Jawabku.

“bersandarlah di pundakku jika dirimu butuh sandaran, curahkanlah keluh – kesah mu jika dirimu butuh diary untuk melepaskan pilar – pilar pilu yang singgah di asa mu.” Ucap chandra. Ku lihat ke arah chandra. Aku bingung dan tak mengerti apa maksudnya.

Chandra menarikku, di biarkannya aku menyandar di pundaknya. Di helus nya helaian rambutku. Aku merasa tenang dan nyaman. Di lantunkan nya sebuah lagu kesukaan ku.

“hora..

Arimato oni tekorando saroni…

Arimomici…”

yach, “Hira’I”, begitulah judul lagu yang di nyanyikannya. Lagu jepang yang mengisahkan harapan – harapan senja tentang hari esok seorang gadis kecil.

***

Sesaat kemudian, ku lihat sekelilingku. Aku seolah mencari sosok chandra dari nyataku. Aku sadar betul bahwa tadi bersandar di bahunya. Aku sadar benar akan canda tawa yang melukiskan memori.

“chandra.., lu dimana?” tanyaku, pada hati yang kini dilanda bingung. Entah kapan ia pergi, aku pun tak tau pasti.

Angin masih membelai ku ramah, langit mulai tampak redup, membiaskan tirai – tirai senja yang mulai tampak kemerahan di ufuk barat. Aku pun membaca selembar surat dengan sampul biru muda, yang melambangkan harapan – harapan. Aku tak tau pasti dari siapa dan untuk siapa surat itu.

“untuk Laras.

Jika aku masih boleh menyampaikan harapan – harapan, aku ingin danau ini menjadi saksi atas perasaanku. Jika seandainya kita berada di dunia yang sama, aku ingin sekali mengatakan bahwa aku mencintai mu. Tapi harapanku karam, bersama kenyataan yang kini tak lagi jadi milikku.

Laras, maafkan aku yang mencintai mu. Dan maafkan aku yang telah membohongimu. Sejujurnya aku bukan lah chandra seperti yang kau kira. Waktu telah merengguk kehidupanku Ras, waktu telah memberiku alam lain sebagai tempatku mengarungi kehidupan yang lain.

Chandra.”

Usai mebaca surat itu, aku beranjak dari duduk ku, berlari ketepian danau. Ku biarkan percikan air menyapu kaki ku.

“chandra……….!!” Teriakku, mencari sesosok yang hilang.

“where are you now…?!”

“why this happen? Please, come here…! There’s something which you know…”

“chandra… ! I love you………..” ucapku sambil memandang danau harapan yang bisu.

Waktu telah mempertemukanku dengan chandra. Memberikan ku setitik warna dalam semunya harapan. Kenapa waktu begitu cepat memisahkan kami? Memisahkan ku dengan chandra.

Disaat aku mulai menaruh simpati padanya, disaat aku mulai belajar untuk mengikhlaskan kepergian mantan kekasihku, kenapa aku harus dihadapkan pada kenyataan lain yang sungguh sangat memillukan.

Semenjak kejadian menghilangnya chandra di danau harapan dua minggu yang lalu, ada bisik – bisik kata dalam bias – bias keredupan malam. Dalam mimpi – mimpi semu, chandra kerapkali hadir menepis bayangan sunyi dari alam nya sendiri. Setiapkali chandra hadir dalam mimpiku, aku seakan merasakan dirinya yang begitu nyata. Aku seakan merasa bahwa dia memeluk erat.

Pesan dari alam lain yang kerapkali disampaikan chandra untukku adalah, “jadilah sesuatu yang indah, yang bisa memberikan cahaya terang bagi insan yang lain. Biarkan waktu yang bicara, atas perasaan yang tak terungkap. Karena cinta memang tak harus memiliki.


*end.

Menunggu Kekasih (Cerpen)

Kenapa bayangan nya masih terus menghantui ku? Menghantui hari – hari ku, dan mencekam perasaan ku. Ada dia di ruang rindu yang tersembunyi. Yang terkadang membuat ku seperti orang gila yang mencari sesuatu yang telah hilang. Seandainya waktu dapat berhenti sejenak, aku ingin menghentikan nya dan membiarkan waktu tetap menyatukan ku dengan Ridwan. Rasanya terlalu singkat pertemuan yang terlintas mengiringi kebersamaan kami.

Aku ingin mengusir rasa trauma ini. Membuangnya jauh – jauh di asa yang kelabu. Terlalu sakit untuk ku kenang semua nya. Yach, terlalu rumit untuk ku describsikan betapa sakitnya kehilangan. Tapi aku tak bisa menghentikan waktu, walau sejenak. Aku tak bisa berkata pada suratan takdir saat ia merenggut nyawa kekasih ku. Aku ingin berkata “jangan ambil kekasih ku…”, tapi yang ada, waktu terus nya merebutnya dari ku, membiarkan nya menangis menahan rasa sakit, dan membiarkan ku menumpahkan kepedihan lewat air mata yang tak bernada.

Kapan senja datang?

Datang kembvali seperti dulu.

Kapan weekend tiba?

Memberikan ku kesempatan untuk bermanja dengan dia?

Akh….

Semua telah berakhir.., karam bersama puing – puing penyesalan yang berantakan. Semua nyaris tenggelam, tak menyisihkan ruang – ruang harapan untuk dapat bertemu kembali. Aku yang dulu selalu menghabiskan weekend bersama Ridwan, aku yang dulu selalu menyantap bakso kesukaan ku bersama nya, kini.. semua nyaris menjadi kehampaan.

**

Setiapkali weekend datang, kini aku hanya menghabiskan nya sendiri. Berjalan ke tempat – tempat yang dulu pernah kami singgahi. Yach, aku seperti orang yang tak tau kemana tujuan. Yang ada di benak ku hanyalah “aku rindu dia”.

Aku tak tau sampai kapan aku akan terus mengharapkan nya kembali. Aku tak tau sampai kapan aku akan terus di hantui oleh bayang – bayang Ridwan.

Setiapkali aku mendengar suara sepeda motor yang di gas kuat – kuat, rasanya gendang telinga ku mau pecah. Rasanya kornea ku ingin menuangkan air mata darah. Dan rasanya dada ku sesak. Aku ingin menjerit sekuat – kuat nya. Yach, semua karena terlalu pahitnya kenyataan yang pernah ku jalani dulu bersama Ridwan.

**

8 tahun yang lalu, aku dan Ridwan jadian. Ridwan teman sekelas ku sewaktu duduk di bangku junior high school dulu. Yach, waktu itu kami memang masih kecil, masih sangat kecil bahkan. Masih terlalu dini untuk mengerti arti cinta sebenarnya. Tapi perasaan… memang tak bisa di pungkiri.., aku mencintai dia, dan Dia mencintai ku. Hingga akhirnya kami jadian.

8 tahun yang lalu aku dan ridwan selalu menghabiskan akhir pecan bersama, yach, walaupun terkadang hanya jalan – jalan menelusuri indah nya senja. Tapi kini.., aku hanya bisa melihat bayangan nya di sela – sela mimpi indah ku. Aku selalu melihat bayangan nya disaat malam menghadirkan kesunyian. Dan aku selalu merindukan nya di aksara waktu yang tak terdefenisi.

Cinta..

Mungkin kah itu yang membuat ku gila? Yang menghantui hari – hari ku? Tapi sampai kapan? Sampai kapan aku harus terus diselimuti bayang – bayang nya? Sampai kapan aku tak bisa membuka hati ku untuk cinta yang lain??

**

Suatu siang, kak Ratna, teman sekampus ku, yang selalu mendengarkan keluh – kesah dan curahan hatiku, datang menghampiri ku.

“hai dek…” sapanya seraya duduk di sebelah ku.

“eh.., kakak? Darimana kak? “ balik ku menyapa.

“nggak.., tadi barusan aja dari kantin depan cari nasi. Tapi gak ada..”

“oh…” ucapku tersenyum.

“dek, kita makan di warung biasa yuk.. laper ni dek…” ajak kak Ratna

“boleh jawabku.

Akhirnya kami pun mengalunkan kaki menuju warung bamboo, tempat makan biasa. Seperti biasanya, kami memesan dua porsi makanan dan minuman. Kami menikmatinya sembari bercerita – cerita.

“dek.., ada yang mau kakak kasih..”

“oy? Apa’an kak…?” Tanya ku penasaran.

“ini…” ucapnya, sembari memberikan sebuah amplop berwarna biru muda, yach, warna kesukaan ku. Aku mengambilnya.

“surat…??” seru ku pelan.

“Iya…” jawab kak Ratna sembari menganggukkan kepalanya.

“Rara baca ya kak..?”

“boleh…” jawabnya singkat.

Aku mulai membuka amplop itu dan membaca nya dalam hati..

“untuk Rara..

Rara, aku tau aku tak berhak mengatakan ini. Ak pun tau aku tak mungkin bisa menggapai hati mu, untuk itu aku sengaja mengirim surat ini untuk mu. Aku mungkin seorang pecundang, pecundang yang tk berani mengatakan apa yang ku rasakan. Aku tau aku pengecut Ra..

Rara..

Aku mencintai mu..

Aku mencintai mu jauh sebelum Ridwan mengungkap kan perasaan nya pada mu.

Rara..

Aku tau, kau tak akan mungkin bisa melupakan sosok sahabat ku. Dan atas nama persahabatan.. aku pun tak mau merenggut hati mu dari almarhum sahabat ku.

Rara..

Ijinkan aku mencintai mu. Walau tanpa harus memiliki mu..

Pengagum mu: Chandra

Setelah selesai membaca surat itu, aku melipatnya kembali. Ku pandangi wajah kak Ratna erat – erat. Aku ingin bersuara sedikit saja pada nya tentang perasaan ini, tapi rasanya aku keluh.

“kemarin kakak bertemu dia, dan dia menanyakan mu dek..” tutur kak ratna.

“aku telah membaca surat nya kak…, dan aku sama sekali nggak pernah menyangka bahwa ada perasaan lain selain sebagai sahabat di hatinya.”

“dia mencintia mu dek..”

“tapi aku nggak bisa kak.., aku telah mencintai sahabatnya. Aku mencintai Ridwan.”

“tapi dia telah pergi dang aka akan mungkin kembali. Sadarlah…” ucap kak Ratna menasehatiku.

“buka hati mu untuk menerima cinta yang lain.. di luar sana masih banyak yang mengharapkan cinta mu… belajarlah untuk menerima kenyataan. Dia telah pergi.. untuk selamanya dek…” lanjut kak Ratna sembari memeluk ku erat – erat. Aku menyandarkan kepalaku di bahu nya.

Yach, aku tau, Ridwan memang telah pergi. Pergi untuk selamanya. Aku tau tak ada harapan untuk bisa melihatnya kembali, selain hanya melihat nisan bisu tempat nya kini bermuara. Di lorong balap Ridwan terdampar… terpelanting di antara aspal yang terjal. Darah bercucuran menghambur luas memeluk keganasan waktu.

Ridwan telah pergi untuk selamanya. Dia pergi meninggalkan aku dan cinta kami disini, di antara sudut – sudut ruang yang bisu.

Aku masih menunggu mu…

Walau sekedar hanya bayangan semu…

*end.

Di Gerbang penantian (Cerpen)

Entah sampai kapan semua akan segera berakhir. Setiap genap tiga puluh hari dari satu bulan, aku dan Ibu pergi keperbatasan menunggu ayah. Dari terbitnya mentari sampai senja hampir terbenam, kami tetap menunggu disana. Entah udah berada purnama yang kami lewati sendiri. Entah kapan ayah akan pulang, dan entah kapan aku dan Ibu bisa bersama-sama ayah lagi seperti dulu.

Aku rindu belaian ayah. Rindu semua tentang ayah. Setiap malam kusampaikan rindu untuk ayah, lewat hembusan angin yang ramah taktampak. Tapi ayah tak kunjung tiba. Mungkinkah Ia telah lupa? Pada aku dan juga Ibu?

**

Suatu hari aku dan Ibu duduk diberanda depan, sambil sesekali menikmati segelas teh hangat dan ubi rebus buatan ibu. Hampir tiga puluh menit kami diam tanpa kata. Mataku menerawang jauh, berusaha mencari kepastian tentang ayah. Tiba-tiba Ibu menarik jemariku dan menggenggamnya erat-erat. Ku arahkan pandanganku ke Ibu, ku tatap tajam mata Ibu dengan ribuan tanda-tanya yang tak menentu. Ibu menarik nafas sejenak, seperti hendak menggulung kepingan luka yang bergemuruh dihatinya.

“Ada apa Bu?” Tanyaku.
“Kau sudah besar Seruni.., sudah seharusnya Kau tau…” Ucap Ibu dengan nada getir.
“Tau apa Bu? Apa yang selama ini Ibu rahasiakan dari Seruni?”

“Kau sayang Ibu nak?” Tiba-tiba Ibu melontarkan pertanyaan itu padaku. Aku mengangguk pasti, tanpa keraguan.

“Aku sangat menyayangi Ibu” Tegasku, sembari memeluknya. Aku tak tau apa yang ada di pikiran Ibu, tak juga paham apa yang membuat matanya berlinang.

Perlahan, satu-persatu salju bening yang menggenang dimata Ibu tumpah, menetes perlahan membasahi paras wajahnya. Ku hapus titik-titik salju itu, ku cium pipi Ibu dan kudekap erat tubuhnya. Aku ingin merasakan sebagian pilu yang ada dihati Ibu. Agar aku tau, arti dari setiap tetesan air matanya.

“Kenapa Ibu menangis?” Tanyaku seraya melepas pelukanku.

“Ibu menyayangimu nak, Ibu harap Kau bisa berhenti memikirkan ayah.” Tegas Ibu. Aku semakin bingung menatap Ibu. Selama ini kami slalu bersama-sama menunggu ayah di perbatasan. Tapi kenapa hari ini Ibu berkata demikian? Atau mungkinkah Ia telah jemu.

**

Masih sama seperti hari-hari sebelumnya, aku tetap menunggu ayah diperbatasan, walaupun kini aku sendiri, tak ditemani Ibu lagi. Aku rindu dengan ayah, sangat rindu bahkan. Aku duduk diatas sebongkah kayu besar, di pinggir pantai berpasir putih ini. Sambil memandangi fhoto ayah yang diberikan Ibu padaku, aku terus berharap agar senja kali ini ayah datang. Aku sudah teramat rindu padanya.

Sesekali ombak menghempas kakiku. Membuat darahku berdesir. Sesekali angin menyapaku ramah, mengingatkan ku senja yang hampir tiba. Diufuk barat sana, senja mulai tampak kemerahan. Matahari semakin merunduk, seakan tersipu malu, seakan hendak bersembunyi di kepingan malam. Ku lirik jam ditanganku. “hhh…..” aku mendesah pelan, seperti orang yang kehilangan harapan.

“Apakah Ayah juga tidak akan datang hari ini? Padahal aku telah berjam-jam menunggu ayah disini. Kapan ayah pulang? 22tahun aku dan Ibu setia menunggu ayah diperbatasan ini, tapi kenapa kepastian itu tak juga ada? Sampai kapan ayah harus menghantui rindu diQalbuku?” Gumamku dalam hati.

Ku tatap langit diufuk barat sekali lagi. Kutatap tajam dan dalam-dalam. Sejenak aku terdiam disudut waktu ini.

“Akh……..!!” Teriakku keras. Membuang kekesalan didadaku. Ini batu terakhir yang ku genggem. Aku melemparkannya jauh ketengah sungai. Sekali lagi kulirik jam ditanganku, jarumnya telah menunjukkan pukul setengah tujuh petang. Aku membalikkan badan, dan kemudian pulang.

Letak pantai ini memang tak begitu jauh dari rumahku, paling sekitar beberapa ratus meter saja. Aku berjalan kaki sendirian. Dan tak berapa lama kemudianpun aku telah sampai kerumah.

**

Tiga bulan kemudian, aku sakit keras dan terbaring dirumah sakit. Ibu menemaniku melewati rasa sakit ini. Rasa sakit yang sebenarnya tak begitu nyeri jika dibandingkan rasa rinduku pada ayah. Jarum-jarum infus menjeratku, entah berapa jenis pil yang harus ku telan setiap harinya.

Suatu malam, saat Ibu duduk disamping pembaringanku, kutarik tangan Ibu dan kugenggam seerat mungkin.

“Ibu.., Seruni rindu ayah…” Ucapku tertatih. Ibu menghapus air mataku, dan diciumnya keningku. Air matanya kembali berderai, menetes hingga kesudut bibirnya.
“Ibu jangan nangis..” Pintaku ketika melihat Ibu menangis.
“Seruni Cuma ingin bertemu ayah..” Ucapku lagi. Ibu mengguk pelan, penuh keraguan.
“Seruni tidur ya sayang.., nanti kalau Seruni sudah sembuh, kita akan sama-sama menunggu ayah diperbatasan nak.” Ucap Ibu akhirnya, sambil menyimpulkan senyuman getir yang nyaris hampa. Aku mengangguk pelan.

Malam kembali larut dalam kesunyian yang telah menjadi identitasnya. Senyap – sepi; seperti tak berpenghuni. Hanya detak-detak jam dinding yang bernyanyi disudut malam. Aku tertidur pulas dalam mimpi-mimpi semu.

Malam sepertinya tak asing lagi. Aku telah hafal syairnya. Dari A hingga ke Z. Kapan malam akan berubah? Aku bosan mendengar nyanyian detak jam dinding, atau gurauan sekelompok jangkrik. Sesekali aku ingin ayah yang bernyanyi..

**

Setelah berbulan-bulan terbaring lemah dirumah sakit, akhirnya aku diperbolehkan pulang. Aku dan Ibu kembali kerumah dan melakukan rutinitas seperti biasanya. Kami masih tetap menunggu ayah disetiap akhir bulan. Tapi sampai hari ini ayah tak kunjung tiba.

Suatu malam, saat aku dan Ibu nonton Tv, aku memberanikan diri bertanya tentang ayah lagi pada Ibu.
“Ibu, kenapa ayah tak pernah datang? Padahal Seruni sangat rindu padanya. Ibu.., kemana ayah sesungguhnya?” Tanyaku putus asa.
“Seruni anak ku, Kau sudah dewasa nak.. sudah seharusnya Kau tau.”
“Tau apa Bu? Ceritalah..” Pintaku penasaran.
“Maafkan Ibu nak, sebenarnya…………………..” Ibu menceritakan semuanya.
“Jadi penantian kita selama ini hanya omong kosong Bu?” Tanyaku nyeri. Ibu diam tanpa kata. Seraut wajahnya menggambarkan kekecewaan yang lama Ia sembunyikan.

Rasanya dadaku sesak, sangat sesak bahkan. Mimpi-mimpiku tentang ayah selama ini ternyata kosong. Aku hanya berfatamorgana, merajut harapan diseper-empat maya.

Akhirnya tanda-tanya yang selama ini tertimbun dibenakku pun terungkap. Semua telah terjawab secara rinci. Jawaban yang tak pernah ku inginkan sebelumnya. Jawaban yang seharusnya tak pernah ada! Yach, tak harus ada malahan.

Ayah yang semula kukira merantau dinegri orang, dan akan pulang disalah satu senja yang kami nanti, ternyata tidak. Ayah yang selama ini menghantui rinduku, ternyata sekedar fiktif belaka. Aku menanti sesuatu yang tak pernah ada. Sesuatu yang sebenarnya omong kosong yang tak bernyawa.

Jika yang disampingku bukan Ibu, yang selama ini menjagaku, merawat dan membesarkanku dengan keringatnya sendiri, mungkin akan kulemparkan sekarung makian untuknya. Tapi yang kenyataannya, yang aad disampingku adalah seorang Ibu yang rela bersusah-payah merawat dan membesarkanku dengan keringatnya. Seorang Ibu yang bersedia menyisihkan sebagian, bahkan hampir seluruh waktunya untukku.

Aku tak sanggup lagi berkata sepatahpun. Salju-salju bening semakin berlinang dimataku. Aku berusaha membendungnya agar tak sampai tumpah. Kuhela nafas panjang, dan kupeluk erat Ibuku.

“Seruni sayang Ibu..” Ucapku akhirnya. Ibu tak membalas kata-kataku. Hanya derai airmatanya yang seolah berbicara jujur tentang kepiluan hati.
“Maafkan Ibu nak,” Hanya kalimat singkat itu yang akhirnya terucap dari bibir Ibu.

**

Kusandarkan tubuhku ke badan kursi bambu di tepian pantai. Aku masih membiarkan desiran ombak menyapu kakiku. Membiarkan deru angin membelaiku ramah.

“Aku benci Ayah..” Gumamku pelan.
“aku benci ayah…!!!” Jeritku keras, seakan memecah senja kali ini.


Yach, aku benci ayah yang telah membuatku harus terlahir dan menyandang status anak haram. Aku benci ayah yang telah merampas kebahagian Ibu. Aku benci Dia! Dia yang telah menanamkan kepingan luka dinuraniku.

Kukepal kekesan yang terangkai indah sebagai penyesalan dihatiku. Kudekap erat-erat disanubariku kepiluan yang tak terlukis. Semua telah membusuk menjadi benalu-benalu, menjadi parasit yang selamanya akan ku benci.

Good bye to all…” Bisikku dalam hati. Dalam nyeri yang tak terdefenisi.

*end.

Just Kidding - No Reality

Ini adalah lara yang ingin kutuliskan dilembaran postingan ini. lara yang selama ini kusembunyikan dan tak pernah kalian ketahui.

Setiap malam aku menangis menahan rasa sakit yang terus menggerogotiku. Kalian tak pernah mendengar tangisanku menahan semua ini, dan kalianpun tak pernah tau bagaimana sakitnya.

Mungkin waktuku tak akan lama lagi, dan akupun tak pernah tau kapan aku akan terbaring dan menjalani operasi itu. aku tak tau pasti masih bisakah aku menjalani hari-hari bersama kalian seperti hari ini dan kemarin? aku takut tak sempat mengutarakan semuanya. Dari postingan ini aku ingin mengadu pada senja yang selama ini memberiku inspirasi tentang hidup dan motivasi.

Untuk Mama yang selalu memberiku semangat menjalani hari-hari terakhir ini, ingin kubisikkan padamu bahwa aku merindukanmu. Merindukan belaian dan hangat kasihmu lagi seperti dulu. Mama, aku tak kuat lagi menahan rasa sakit ini. aku bosan dengan obat-obatan ini. sampai kapan aku harus bertahan hidup dengan butiran-butiran obat ini Ma? Puluhan juta engkau korbankan hanya untuk mempertahankan hidupku yang engkaupun tau aku tak mungkin sembuh dan tak mungkin mampu bertahan lama.

Mama, aku ingin melupakan rasa sakit ini sejenak dengan tidur panjang di 'syurga'. Mama, jika nanti kuharus pergi dan tak ada bersamamu lagi seperti hari-hari kemarin, kumohon engkau jangan menangis. Aku ingin engkau tetap tersenyum sembari berdo'a untukku.

Ma.., sakit...
Sakit sekali Ma..., aku tak kuat lagi. Mamaku tersayang, engkau tak perlu khawatir, aku tidak akan pergi meninggalkanmu sendirian sebelum aku berhasil memberikanmu selembar biodata kesuksessanku. Mama, aku akan pergi tapi tidak untuk pergi dari hatimu.

Dipostingan ini aku ingin 'say thank's' untuk orang yang selama ini menjadi motivatorku. semangat dan imajinasiku. untuk sahabatku, Hendrik (Lim se Long). Untuk Orang yang pernah mengisi sunyi dihatiku, yang membuatku bangkit dari kegagalan, Kak Endra, dan untuk seseorang yang kini mengisi kesendirianku. serta teman dan sahabat yang selalu memberiku senyuman. I Love You All. (Just Kidding)


6 Tes penting untuk mengetahui apakah seseorang adalah teman sejatimu.

Punya sahabat dalam hidup kita emang nyenengin banget, apalagi punya sahabat sejati. kita jadi punya tempat untuk berbagi bersamanya, dalam suka dan duka. saat kita ingin bercerita tentang satu hal terpenting dalam hidup kita, dia ada dan bersedia untuk mendengarkannya.

Bersama sahabat kita tertawa dan terkadang bersamanya pulalah kita menangis. sahabat sejati akan selalu memberikan masukan-masukan positif bagi kita.
Apakah teman yang sekarang ada bersama anda adalah sahabat sejati yang anda impikan? belum tentu guys...
Orang yang selama ini ada bersama-sama kita belum tentu sahabat sejati yang kita cari. malahan bisa jadi dia adalah benalu yang perlahan-lahan akan menghancurkan hidup kita. Jadi? kamu nggak perlu khawatir, untuk mencari tau apakah dia yang selama ini bersamamu adalah sahabat sejatimu atau tidak? coba cek dech status pertemanan kalian lewat teori berikut. gue sengaja mengutipnya dari sebuah buku psikologis terkenal, karya mr.david.


6 Tes penting untuk mengetahui apakah seseorang adalah teman sejatimu.

Apakah dia benar-benar perhatian pada anda? Apakah dia setia? Apakah dia hanya berpura-pura menyukai anda? Terkadang, kita sulit mengetahui apakah seseorang benar-benar merupakan teman sejati ataukah hanya berpura-pura menjadi teman kita. Tetapi, anda tak akan lagi membuang waktu untuk hubungan yang tak bergunaatau hubungan yang hanya menguntungkan salah satu pihak.

Dengan rahasia-rahasia psikologis ini, anda tidak akan sangsi lagi apakah dia benar-benar perhatian pada anda ataukah hanya mementingkan diri sendiri. Anda dapat selalu mengetahuinya, setiap saat. Mungkin, inilah saat yang tepat untuk mengingatkan anda bahwa pertemanan adalah dasar bagi setiap hu bungan. Jika anda berteman dengan seseorang yang tidak lulus tes ini, maka hubungan anda dengannya kemungkinan tidak berjalan dengan baik.
1. Perhatian
Salah satu criteria penting dalam menilai seorang adalah teman adalah seberapa perhatian dia pada kehidupan anda. Katakana padanya hal penting yang terjadi dalam hidup anda dan lihatlah apakah dia menanggapi dan mencari tau lebih jauh. Jika dia tidak melakukan hal itu, maka hubungi dia lagi dan lihatlah apakah dia menyinggungnya. Terakhir, jika dia tidak menyinggungnya, berilah isyarat tentang hal itu dan lihatlah apakah dia mengingat percakapan anda sebelumnya tentang hal itu ataukah tidak.
2. Kesetiaan
Ceritakan rahasia seseorang teman dekat anda dan lihatlah apakah dia berkomentar ataukah tidak. Seorang teman sejati mengetahui arti kepercayaan dalam sebuah hubungan. Pastikan bahwa dia tampak keberatan karena anda telah menceritakan rahasia seorang teman pada orang lain.

Ketahuilah, bahwa seorang teman sejati tidak akan menceritakan aib sahabatnya sendiri pada orang lain. Seorang teman sejati tidak akan ‘membunuh’ dan tidak pula menikam sahabatnya diam-diam dari belakang.
3. Kebanggaan
Siapapun dapat menghibur kesedihan anda, karena mereka merasa menjadi orang baik setelah melakukannya.tetapi lihatlah siapa yang menepuk punggung anda ketika anda sukses melakukan pekerjaan. Orang-orang yang tidak cemburu dan iri akan melakukan hal itu. Seorang teman sejati akan bangga dengan prestasi anda, bukannya iri dengan kesuksessan anda. Lihatlah apakah dia mendatangi anda ketika ketika anda menerima berita baik, bukan hanya berita buruk. Banyak orang yang bersedia menghibur tatkala kenyataan membelakangi apa yang anda harapkan. Tetapi, sulit menemukan orang yang mengucapkan selamat kepada anda tatkala segalanya berjalan sesuai keinginan anda.
4. Kejujuran
Teman sejati adalah teman yang mau memberitahukan hal-hal yang tidak ingin anda dengar. Dia rela anda benci jika apa yang dia lakukan bermanfaat untuk anda. Apakah dia mau mengatakan hal-hal bermanfaat untuk anda sekalipun dia tahu bahwa hal itu dapat membuat anda kecewa padanya.
5. Penghargaan
Katakanlah padanya bahwa ada sesuatu yang menyenangkan – sesuatu yang baik – yang sedang terjadi pada hidup anda, tetapi anda lebih suka untuk tidak membicarakannya saat ini. Lalu, lihatlah apakah dia mendesak anda untuk menceritakannya ataukah tidak.

Ada perbedaan rasa ingin tahu dan perhatian. Jika dia menunjukkan sikap bahwa “dia harus tahu”, berarti dia hanya tertarik pada gossip dan bukan pada anda. Teman yang baik akan menghormati harapan-harapan anda dan member anda kesempatan untuk meraihnya – tanpa memaksakan keingintahuannya. Dia mungkin akan terus menyinggungnya karena tertarik, tetapi dia tidak akan serta-merta dan terus-menerus mendesak anda untuk menceritakannya apabila anda sudah menegaskan bahwa anda tidak ingin menceritakannya sekarang.

Alas an mengapa anda harus menggunakan misteri positif, bukannya negative, adalah Karen ajika seorang teman baikanda beritahu bahwa sesuatu yang salah atau buruk sedang menimpa anda, dia akan berusaha keras untuk mengetahuinya saat itu juga, karena dia perhatian pada anda. Jadi, anda tidak akan bias menguji penghargaannya dengan misteri negative.
6. Pengorbanan
Apakah dia mau mengorbankan sesuatu jika hal itu bias membuat anda senang? Relakah dia mengorbankan kesenangannya sendiri untuk kebahagiaan anda? Siapa yang memutuskan apa yang akan anda lakukan? Apakah arti kata “kompromi” menurut dia? Ketika sesuatu beresiko tinggi sedang menimpa anda,kebanyakan orang berhamburan pergi untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.

Perhatikanlah apakah dia satu-satunya orang yang berpikir atau berencana untuk membantu anda “keluar dengan selamat”, ataukah dia tampak mendahulukan, dan berusaha menyelamatkan kepentingannya sendiri.

Strategi:

Jika teman anda lulus dalam empat hingga enam point test diatas, kemungkinan besar anda telah mendapatkan teman baik yang bias diandalkan. Jika dia hanya lulus dalam 3 point atau kurang, anda mungkin perlu meninjau ulang pertemaan anda dengannya, atau membicarakan hal ini padanya. Tentu saja, karena kita mengalami banayk hal dalam kehidupan ini, kita mungkin saja bingung dan secara tak sadar menjadi kurang peka. Jadi, sebaiknya, pengukuran hubungan anda dengan 6 faktor ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Bukan hanya dalam sehari.


Oleh : Erny wirda ningsih (Hp: 0857 6064 9919)
Dikutip dari : Buku David J. Lieberman, Ph.D
Dan diolah dalam blog pribadiku. www.diaryantarakita.blogspot.com