Sabtu, 26 Maret 2011

Alhamdulillah..
Akhirnya sampai juga di posisi Menejer 12%, sekaligus Qualifikasi Menejer 15%.

Mengutip kata-kata upline saya, bahwa "Mengenal Bisnis Oriflame adalah berkah yang sangat saya syukuri". Yach, awalnya saya tidak mengerti seperti apa oriflame sebenarnya, yang saya tahu, mungkin adalah yang juga saat ini anda ketahui. Ternyata, oriflame bukan sekedar jual-jualan make-up..!!
Oriflame adalah peluang Bisnis yang sangat Luar Biasa.

Saat-saat awal menjalani Bisnis Oriflame, saya menemui cukup banyak rintangan!
Tetapi saya tidak menyerah, saya terus melakukannya disaat suka maupun duka. Inilah yang menyebabkan saya bisa mencapai posisi sekarang.
Saya percaya,
Ditahun ini saya bisa menciptakan posisi & jenjang karier yang luar biasa bagi diri saya sendiri! Saya yakin, Di tahun 2011 ini, saya akan Qualifikasi Director.. ^_^

Di Bisnis Oriflame sebenarnya tidak ada yang sulit. Hanya di butuhkan kerendahan hati & sikap yang positif saat menjalaninya. Itu saja..!!
Oriflame mengajarkan saya tentang sikap! dan bagaimana caranya menjadi yang terbaik. Persaingan bisnis di oriflame juga sangat menarik. Kita hanya akan sukses saat kita berusaha untuk mensyuksesskan orang lain.

Alhamdulillah untuk semua pencapaian ini. ^_^
Terima kasih untuk Mamak & Bapak yang menjadi inspirasi saat aku hampir menyerah, terima kasih untuk adik-adikku yang terus menumbuhkan semangat di dalam dada untuk terus berjuang & memperjuangkan cita-cita klaian. Untuk downline-downline yang solid, dan crossline yang saling memotivasi. ^_^
*end.

Kamis, 03 Februari 2011

Ingatan~

Ingatan I 
diam 
terbius dalam nyiur
melambai tak tentu
mengalir mengikuti aliran darahku
 dingin 
menghempas selembut jemari
seakan tak tersentuh
namun rinding seakan tetap bersajak

Ingatan II
akh!
aku ditikam gelap dalam dinginnya senja
membiarkan dingin tetap saja bertahta
aku diam dalam desir yang kau ciptakan
hingga buatku rinding

Ingatan III
selepas libur kau janjikan pertemuan lagi
kau bilang jangan nakal
karma kau tak ingin main-main
akh,
tau kah kau betapa kata-kata itu
tak sekedar mampir di telingaku
 aku membiarkan dengung tetap lekat di telingaku
membiarkannya tetap membahana
lalu singgah – meninggalkan nyawa di nadiku
aku pulas dalam angan

Ingatan IV
masih kulukis disini
dengan kanvas tak sekedar abu-abu
cerita petang itu
saat kusandarkan lelahku di bahumu
 kubiarkan bias tetap menjelma
menjadi butiran harap di keningku
saat kau memintaku membiarkanmu melukis senja
warna merah!

Ingatan V
akh, kekasihku
selepas isya saat matahari kembali keperaduannya
dan bintang berkunjung di singgasana malam
aku mendesah
mencumbu malam dalam tabirmu 

Kamis, 06 Januari 2011

Cerita Kelabu Malam...~

Seperti buih karam di lautan, membiarkan airmataku kering dalam tangisan. Aku Takut Kehilangan lagi..!! Hari ini, kamu masih bersamaku, menemaniku menjalani hari-hari. Terkadang perasaan rindu yang diam-diam menikamku membuatku memiliki keingin untuk hidup lebih lama lagi. Aku tidak mengerti mengapa harus kamu? aku tidak tahu mengapa aku begitu nyaman disampingmu - meski terkadang mungkin kamu sendiri merasa 'risih'. (maafin q ya..)

Ada banyak alasan yang membuatku takut berterus terang, ada banyak keraguan yang membuatku ingin terus membungkam. Tapi cukup kau tahu 1 rasa yang selalu menjadi penopangku. Aku mencintaimu.

Cinta memberiku sejuta nyawa baru dalam ketidakberdayaanku melawan rasa sakit ini. cinta memberiku kekuatan untuk berusaha sembuh & bangkit lagi saat terjatuh..!! Tetapi cinta juga memberikanku seribu kekhawatiran saat kau jauh. Aku sadar, mungkin cinta tak harus memiliki. Hari ini yang kusadari bahwa aku ingin tetap ada disisimu, tetapi hari yang kupahami aku harus berlapang dada jika akhirnya nanti kamu memilih dia yang lain.

...
Kamu kekasihku - yang selama ini melambungkanku terlalu tinggi, kamu lelaki yang selama ini menjerat hatiku dengan besi. Aku terkadang menangis sebab menahan rindu, namun kau tak pernah tahu itu. aku terkadang luka sebab harus menahan hati untuk tidak membakar cemburu. Akh, inilah cinta. :-)

**

Aku seperti pelangi, mencoba memberimu warna meski dalam nyeri kesakitan yang tidak pernah kamu tahu. Rasa sakit yang setiapkali datang dan membuatku terbaring dalam kelemahan seakan selalu saja terhapuskan sedikit demi sedikit saat kamu ada disampingku. Bahkan disaat aku sama sekali tidak punya daya lagi meski sekedar untuk duduk sekalipun, tapi ketika kamu datang, bahkan berjalan pun aku mampu.

Aku hanya seorang gadis yang lemah, yang kerapkali hanya bisa menangis dan menahan sakit yang teramat nyeri di kepalaku. Aku hanya seonggok merpati yang tetap berusaha bersiul merdu meski ku tahu paruh ku nyaris parau. Tetaplah disampingku, jika suatu saat nanti aku tidak sanggup lagi untuk menahan rasa sakit ini. Tetap lah disisiku meski suatu saat nanti - tiba waktunya tubuhku akan lemas, mataku hanya berkedip lemah, jarum-jarum infus menusuk-nusukku, dan sampai aku mati nanti, ku mohon cintai aku seperti aku mencintaimu. Karna jika nanti aku pergi, sesal itu akan terlambat sayang..*

Selasa, 28 Desember 2010

Seandainya aku Harus Jujur

Hari ini izinkan kuperkenalkan serangkaian kisah yang pernah singgah dalam hidupku. Kisah sedih juga bahagia yang semuanya mungkin akan menjadi bait nostalgia jika suatu saat nanti umurku jauh berlabuh. ^_^
--
Tidak ada kenangan yang tak berarti yang kalian tuliskan di diary hatiku. Kalian adalah bagian yang saat ini menjadi kepingan puing yang kian rapuh - tapi kisah yang pernah ada membuatku sadar akan indahnya mencintai & dicintai. Kasih sayang yang kalian torehkan dengan tulus, menjadikanku tegar meski terkadang aku harus berulangkali menahan rasa sakit yang kerapkali kusangka akan mengambilku dari kalian.

akan kumulai kisah ini dari sajak di MTs..* ---------------------------------------------------------
Aku mulai menyimpan perasaan (suka) saat u sering titip pesan untukku lewat teman-teman di kelas. Awalnya memang semua biasa saja. Tidak ada yang spesial -- termasuk perasaanku ke u . Tapi entahlah, aku mengagumimu waktu itu! aku mengagumi prestasimu, aku mengagumi caramu bertindak -- ada yang berbeda saat itu.

SMP..
mungkin membuatku tak berani mengungkapkan apa yang kurasakan. aku berusaha menyembunyikannya dari semua orang! termasuk kamu. Aku gengsi kalau ada yang tahu bahwa aku juga diam-diam tertarik padamu. Tapi tahu kah kau, sampai aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah di kisaran pun perasaan itu masih ada. Aku tidak pernah pacaran (lebih tepatnya tidak pernah mau membuka hati untuk berpacaran) karena aku ingin sekali kamu yang jadi pacarku.

... (setelah lama berpisah)
----------------------------------
Setelah lama tak pernah bertatap muka lagi, tepatnya setelah kita sama-sama lulus dari MTs, kita kehilangan contact..
pernah suatu hari kutitipkan salam untukmu pada sahabat kita (sri rahayu), tapi itupun tak berhasil membuat kita tetap berkomunikasi. entahlah..*

Suatu hari aku menemukan alamat fb mu..
aku senang, meski akhirnya aku harus tersenyum - lega, bahwa kamu tidak sendirian. aku senang!! Bahkan tetap senang karena akhirnya aku bisa melihatmu lagi. Aku memang pernah mencintaimu, tapi itu dulu - jauh sebelum hari ini. Dan hari ini perasaan itu telah berbeda.
Aku tetap ingin dekat denganmu, tapi untuk menjadi sahabatmu - bukan kekasihmu.*


Selanjutnya di SMU Diponegoro...
----------------------------------------------
Sebut saja namaku Erny -- aku yakin kalian mengenalku. Kalian tahu apa yang sehari-hari harus aku lakukan, apa yang selalu membuatku tersenyum. Tapi ada satu hal yang kalian tidak tahu.
Yah!!
1 hal yang mungkin tidak pernah kalian sangka-sangka. Tentang Cinta.

Maaf sebelumnya, aku tak bermaksud apa-apa, hanya saja aku ingin bercerita sebelum waktu berlalu membawaku dari kalian. aku ingin kalian tahu sedikit saja tentang kisah cintaku.

(wewe.............)
---------------------
Aku gak ngerti kenapa kamu menamai dirimu itu wewe. sungguh!! kebanyakan cowok yang aku kenal sebelumnya selalu menamai dirinya sekeren mungkin -- tapi kamu tidak!

awalnya tidak ada yang menarik memang, hanya saja saat itu kamu menghiburku dengan gurauan-gurauan kecil saat aku sedang duduk menunggu jemputan.

.... waktu itu, aku sedang sakit-sakitan dan aku sendiri gak yakin aku mampu bertahan lebih lama lagi. Saat kamu datang menawarkan kasih sayang, aku ingin segera meraihnya. Meski kita Backstreet..*

wewe adalah pacar pertamaku, meski bukan cinta pertamaku. Wewe datang saat aku sedang menjalani kegundahan hati yang tak karuan. wewe memberiku banyak hal tentang seni. Banyak benda-benda kreasi tangan wewe sendiri yang diberikan untukku. Aku masih menyimpannya sebagian we.

Aku mutusin wewe saat dia memilih untuk kembali ke Aceh. Aku gak mau pacaran long distance..**
dan sampai hari ini aku tidak pernah tahu lagi tentang wewe. Aku kehilangan nomor contact nya, aku kehilangan semua orang yang bisa kuhubungi untuk kutanyai seputar wewe. Bahkan yang sangat kusesali, aku juga tidak tahu siapa nama lengkap wewe sebenarnya. Aku sungguh tidak tahu apa-apa mengenai wewe. Aku hanya tahu wewe tinggal aceh - takengon. Itulah sebabnya, jika mendengar kata takengon, ingatanku langsung tertuju pada wewe.

Wewe juga adalah orang yang pertama yang memanggilku Wirda. Aku suka panggilan itu.*


Selanjutnya di STMIK IntelCom Global Indo Kisaran...
------------------------------------------------------------------------
Seharusnya kusampaikan terima kasih untukmu Kak.. ^_^
Kasih sayang yang kakak berikan tidak cukup dibayar dengan apa pun. Perhatian & Ketulusan kakak yang terkadang salah er artikan. Kakak begitu banyak ambil peranan dalam hidup er. Banyak suka duka yang kita jalani selama kurang lebih 1 tahun. Meski awalnya er hanya ingin berteman dengan kakak, tapi lama kelamaan er sadar bahwa ada orang yang menyayangi er.

er merasa seperti ratu waktu bersama kakak. Kakak memperlakukan er layaknya putri raja. Apa pun kakak kasih ke er selama itu bisa membuat er senang dan tidak mengganggu kesehatan er.

entah lah, er gak tahu harus cerita apa, yang jelas er hanya ingin mengucapkan terima kasih untuk semuanya kak..* semua kebaikan kakak, semua kasih sayang kakak & juga orang tua kakak. :-)

Kak,
Sekarang er udah punya seseorang... er sayang sama dia!! & er yakin kakak juga pasti udah punya pengganti er.*


STMIK Mikroskil
------------------------

Q hanya berharap,
q tidak salah menitip kan hatiku padamu..

^_^




Selasa, 16 November 2010

10 Hal Tentang Wanita Untuk Prianya... Sikap dan prilaku wanita dan apa yang dia pikirkan...

1. Genggamlah tangan kami ketika menyebrang jalan.
  • ketika kalian tidak menuntun kami saat menyebrang, kami yang akan memegang tangan kalian, bukan karena kami wanita manja, itu karena kami menghormati kalian sebagai seorang pelindung untuk kami .
  • jangan lepaskan genggaman kami, karna itu menyakitkan, maka kami tak akan menggenggamnya lagi .

2. Cium kening kami saat akhir pertemuan, itu lebih baik dari seribu ciuman di bibir.

  • kami akan merasakan kehangatan disana
  • jika kalian berlalu begitu saja saat akhir pertemuan, percayalah .. ada luka di hati kami !

3. Tatap mata kami saat kami sedang berbicara, maka kami akan lebih memperhatikan kalian

4. Saat kami memberi perhatian lebih, jangan acuhkan kami seakan kamilah sang pemuja.

  • balaslah perhatian kami selayaknya kami memperhatikan kalian. .
  • ketika kalian acuh atas perhatian kami, mungkin kami akan jenuh memperhatikan kalian. Jangan salahkan kami !

5. Ucapkanlah terima kasih, sekecil apapun yang kami beri atau lakukan.

  • kami akan merasakan betapa berarti yg kami lakukan .
  • wanita adalah sang pemberi tanpa pamrih untuk prianya !

6. Saat kami mengatakan "tinggalkan aku sendiri"

  • janganlah kalian meninggalkan kami, karena sesungguhnya kami mengharapkan kalian tetap tinggal dan menemani kami, kalian begitu berharga bagi kami !

7. Pujilah kami saat kami merengkuh kesuksesan sekecil apapun, karena sesungguhnya kami akan merasa sangat dihargai !

8. Kendalikan kemarahan kalian saat kami melakukan kesalahan karena sesungguhnya kami ingin melihat seberapa besar kalian mengerti kami !

9. Jadikan kami pendamping, bukan parasit .

  • karena sesungguhnya kami melengkapi kepingan yang hilang dalam hidup kami, kalian bukan hanya singgah sementara waktu dan berlalu begitu saja dalam hidup kami .

10. kenalkan kami sebagai kekasih pada TEMAN kalian dan ORTU kalian .

  • Taukah kalian, kami akan menjerit bahagia dalam hati untuk hal ini !

Minggu, 29 Agustus 2010

Cerpen : Jangan Pergi Lagi

Oleh : Erny wirdaningsih
Email : an_tara_kita@yahoo.co.id


Setapak jalanan ini masih basah oleh sisa hujan tadi malam. Hawa dingin masih membius tubuh pelan-pelan. Mentari sama sekali belum menampakkan dirinya. Seperti biasanya, aku kembali menapaki jalanan ini dengan memikul keranjang di punggungku. Baru seminggu aku kembali ke kampong halamanku, menikmati rutinitas yang lama kutinggalkan sejak kuliah dulu. Sungguh! Aku rindu dengan suasana seperti ini. Suasana yang membawaku pada tawa dan keceriaan. Aku rindu pada gemercik air yang kerapkali kutapaki sepanjang perjalanan ke kebun teh milik almarhum ayah yang kini menjadi mata pencaharian ibu untuk menghidupi kami. Aku rindu pada aroma teh alami yang kami racik sendiri dengan tangan dan bumbu tradisional.

Mungkin tidak hanya itu yang membuat rinduku menggebu ingin pulang. Yach! Itu hanya sepenggal dari alasan mengapa aku harus pulang, tetapi alasan paling mendasar adalah karena sosok pria bernama Reza yang dulu pernah membuatku jatuh hati, namun kami tidak pernah menjalin hubungan yang orang-orang menamainya pacaran.

**

Empat tahun aku meninggalkan desa ini, meninggalkan sosok pria bernama Reza, meninggalkan segala rutinitas yang dulu kerapkali kulakukan. Dan hari ini aku kembali menjalani rutinitas itu lagi. Terlalu banyak yang telah berubah disini! Banyak sekali malahan.

Jalanan yang dulu kulalui sewaktu akan berangkat ke kebun hanyalah sebatas onggokan tanah yang kerapkali basah dan becek bila hujan mulai sering mengucur bumi. Tetapi sekarang, jalanan ini berubah aspal, hingga walaupun hujan kerapkali curah, kami tidak lagi harus menjinjing celana dan menjinjit-jinjit untuk menghindari becek. Reza juga berubah! Reza yang dulu selalu pergi ke kebun teh denganku – karena kebun kami berdekatan, dia yang dulu selalu menggandengku saat jalanan licin, dan dia yang dulu selalu punya waktu menemaniku bermain gitar saat bulan purnama, kini semua tidak mungkin lagi.

Rezaku telah hilang bersama waktu yang kian merenggang selama beberapa tahun silam. Bukan lagi aku yang merasakan perhatiannya, bukan lagi aku yang kerapkali digandengnya ketika jalanan mulai licin, bukan lagi aku yang selalu pergi ke kebun bersamanya, dan bukan lagi aku yang bernyanyi bersamanya saat purnama, tapi ada wanita lain yang telah mengisi hari-harinya. Wanita yang saat ini menyandang status istri darinya. Dan tidak hanya itu perih yang kutemukan dikampungku, bocah mungil yang kerapkali ditimang Reza lebih menyakitkankan bagiku. Yach! Reza telah menjadi suami dari seorang wanita yang bukan aku, dan dia juga telah menjadi seorang bapak dari seorang bocah mungil yang juga bukan lahir dari rahimku.

Seandainya sesal itu harus ada, aku menyesal tidak pernah mengungkapkan perasaan ini padanya, sedang hatiku sangat menyayanginya.

**

Terlalu perih luka yang kutemukan di desa ini. Terlau sakit rasanya saat melihat Reza – yang rumahnya tepat di depan rumahku itu – bercengkrama dengan anak dan istrinya, sedang kehadiranku kembali ke desa ini hanya untuk menjemput cintaku, untuk Reza.

Tidak ada yang tahu memang tentang perasaan ini, kecuali aku, Tuhaku, dan diary mungilku. Reza pun tak pernah tahu bahwa aku pernah mencintai dia. Mungkin, dia hanya menganggapku sebagai teman terbaiknya – bukan orang yang harus dicintai dia.

Aku terlalu nyeri berada di tempat ini. Aku tak mungkin berlama-lama membiarkan mataku melihat pemandangan yang tak meng-enakkan ini. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kota tempat dimana aku pernah meniti ilmu selama empat tahun terakhir lalu.

**

Malam kian larut, dihuni sepi dan pekatnya gulita. Aku mengemasi barang-barangku. Sesekali luluh tak mampu kubendung, curah bagai butiran bening yang masih hangat. Seandainya aku masih bisa untuk jujur tentang hatiku, aku hanya ingin Reza tahu bahwa aku pernah mencintai dia dan masih mencintai dia, walaupun aku tahu memilikinya sudah tak mungkin lagi.

Hening semakin mencekam mendekap malam. Aku larut dalam nyanyian jangkrik dan melodi detak jam dinding di kamarku. Kubuka album kenanganku. Disana hanya ada foto aku dan Reza. Foto masa kecil, foto sewaktu smp, foto sewaktu smu, dan foto saat kami punya kesempatan untuk selalu bersama. Dulu.

Tangisku beku pada kerongkongan, lekat pada dada, namun tak tersuarakan. Aku menangis dalam diam – agar tak seorang pun tahu tentang perihnya luka di hatiku.

**

Saat matahari masih sepenggal, aku kembali menapaki kebun teh kesayangan ayahku. Aku tahu jam segini Reza pasti berada di kebunnya. Dan benar saja! Dia masih memetik daun-daun teh itu dengan jeli. Aku menghampirinya. Dia menyambutku hangat – sehangat dulu, dan itu yang membuatku semakin luka.

“Rara?” serunya saat melihatku berada di sisinya.

“Heii,,” sapaku – agak canggung.

“Duduk Ra,” Dia mempersilahkanku duduk, dan menghentikan kerjaannya.

“Za, aku mau kembali ke Medan. Aku datang kesini hanya ingin berpamitan” ucapku akhirnya

“Kenapa terlalu cepat Ra?” tanyanya. Ada sebuah Tanya yang lekat di dua matanya. “…padahal aku masih ingin bicara banyak padamu” lanjutnya. Kali ini ada sebuah kerlingan yang lekat pada matanya.

“Reza..” ucapku pelan sambil menundukkan wajah dalam-dalam.

“Ya, ada apa Ra? Katakan sesuatu sebelum kamu pergi lagi. Katakan sesuatu Ra…” Pintanya. Gemuruh bergejolak di dadaku, tapi sulit rasanya mengungkapkan apa yang kurasakan, dan apa yang ingin ku katakan. Reza menarik jemariku, menggenggamnya erat-erat, lalu mendekapnya pada dadanya yang telanjang. Aku tersentak, seraya mengangkat pandangan.

“Aku mencintaimu Ra!” ucap Reza. Aku ternganga bisu. Hiruk-pikuk perasaanku jadinya – tak tentu arah.

“Aa… apa?” tanyaku memastikan apa yang baru saja ku dengar.

“Aku mencintaimu Ra” ulangnya lagi. “Aku tidak ingin kehilanganmu lagi seperti dulu. Aku menunggumu empat tahun, dan menantimu kembali. Dan sekarang kamu telah kembali, lantas kenapa harus pergi lagi?”

Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang dikatakan Reza. Kehilanganku? Bukankah aku yang selama ini selalu merasa kehilangan dia? Menungguku? Bukankah aku pula yang menunggu dia diseberang sana. Kenapa harus pergi lagi? Apa dia tidak pernah merasakan betapa sakitnya hatiku saat tahu bahwa orang yang kucintai telah menjadi milik orang lain. Aku cepat-cepat melepas jemariku dalam genggamannya, lalu beranjak dari dudukku. Tapi saat aku membalikkan tubuh dan ingin meninggalkannya, Reza langsung mendaratkan sebuah ciuman di pipiku – hangat!

“Reza!!” teriakku, lalu menampar pipinya semampuku. Tetapi dia tak perduli. Dua tangannya langsung memeluk tubuhku erat-erat.

“Jangan pergi Ra! Aku ingin kamu menemaniku menghabiskan sisa lajangku” ucapnya tanpa melepas dekapannya.

“Jangan ngaco kamu Za! Kalau pun aku juga mencintaimu, aku tidak mungkin menjadi milikmu.” Ucapku – masih dalam dekapannya.

“Kenapa Ra?” tanyanya lagi, kai ini dia melepas pelukannya pelan-pelan. Matanya menatap bola mataku dalam-dalam.

“Karena kamu telah menjadi suami dari wanita lain, dan menjadi ayah dari seorang bocah mungil yang pernah kau timang setiap hari menjelang sore.” Jawabku sambil menundukkan pandangan.

“Lalu, jika aku bukan suami atau ayah dari siapa pun, apakah kau masih mau menjadi istriku?” tanyanya tanpa rasa berdosa. Aku mengangguk pelan.

“Aku pernah mencintaimu saat kita pernah melalui masa sama-sama. Dan sampai hari ini pun aku masih mencintaimu. Aku datang kemari hanya untuk menjemput cintaku – kamu. Tetapi tahu kah kau betapa lukanya hatiku saat tahu bahwa kau telah menjadi milik orang lain?” Tuturku jujur.

“Ra, wanita yang kamu kira istriku itu adalah kakak iparku yang suaminya masih terbaring sakit di salah satu kamar – di rumah itu. Dan bocah yang sering kamu lihat aku menimangnya adalah anak mereka. Sedangkan aku, terus menantimu pulang sejak kau pergi 4 tahun lalu.” Jelasnya.

**

Akhirnya cinta telah temukan jalannya sendiri. Yach! Inilah kekuatan cinta yang seringkali orang memungkirinya. *end.

Puisi : Batas Cakrawala

Puisi Erny wirdaningsih

Batas Cakrawala I

angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi.
dan dua belas ekor singa
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka.

aku memanggilmu berulang kali
namun kau tetap bisu bersama waktu
aku memanggil namamu

kerna engkau rumah di lembah.
dan tuhan ?
adalah seniman tak terduga

Batas Cakrawala II

seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku.
tidak!
aku tak bisa kembali.

aku memanggil namamu lagi
tapi amarahku bangkit dengan perkasa malam ini
menghamburkan diri ke batas cakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
penuh. dan prawan.

Batas Cakrawala III

lalu keheningan menyapa ramah

bak telaga besar yang beku
dan aku pun beku di tepinya.

wajahku. lihatlah, wajahku.
terkaca di keheningan.
berdarah dan luka-luka
dicakar masa silamku.

Masih cinta

biar kulukis wajahmu di atas senja.
agar kau tau rasa yang kusimpan jauh
lalu temani air mata ku
hinggapi sepi-sepi

cinta kembalilah menuai rindu untukku
lalu
izinkan aku berbisik merdu
bahwa aku masih mencintaimu