![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJHQvycUvKfVDcTLuynhDsAQPimymfryP1KC1VBkJuUnUrXoAzbwx7JWWeAk42ADYyUa9Emi_UotfjVy7bsdT7kwlCLsMgdqnnI7awfoSflk2LQ8rU2Fnm-4l7cB1kht-bYqHAOX4yDquo/s400/Dicky+Asril.jpg)
diam
terbius dalam nyiur
melambai tak tentu
mengalir mengikuti aliran darahku
dingin
menghempas selembut jemari
seakan tak tersentuh
namun rinding seakan tetap bersajak
Ingatan II
akh!
aku ditikam gelap dalam dinginnya senja
membiarkan dingin tetap saja bertahta
aku diam dalam desir yang kau ciptakan
hingga buatku rinding
Ingatan III
selepas libur kau janjikan pertemuan lagi
kau bilang jangan nakal
karma kau tak ingin main-main
akh,
tau kah kau betapa kata-kata itu
tak sekedar mampir di telingaku
aku membiarkan dengung tetap lekat di telingaku
membiarkannya tetap membahana
lalu singgah – meninggalkan nyawa di nadiku
aku pulas dalam angan
Ingatan IV
masih kulukis disini
dengan kanvas tak sekedar abu-abu
cerita petang itu
saat kusandarkan lelahku di bahumu
kubiarkan bias tetap menjelma
menjadi butiran harap di keningku
saat kau memintaku membiarkanmu melukis senja
warna merah!
Ingatan V
akh, kekasihku
selepas isya saat matahari kembali keperaduannya
dan bintang berkunjung di singgasana malam
aku mendesah
mencumbu malam dalam tabirmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar